Bedah Buku Durusul Firaq Penyimpangan Dakwah Najd, Meluruskan Salahfahaman Wahabi

Foto, Ustad Roki Apris Dianto (atok)


Bedah Buku Durusul Firaq Penyimpangan Dakwah Najd, Meluruskan Salahfahaman Wahabi


TEROBOSHUKUM.CO.IDKOTA BEKASI. Dalam acara Kajian Bedah Buku “Durusul Firaq Membedah Penyimpangan Dakwah Najd, Meluruskan Kesalahfahaman Wahabi”.  Yang di inisiasi kerjasama antara Debintal dan Rumah Moderasi. Di kedai koepi Roemah Toea bekasi, Pukul 09.00-13.00 wib, Minggu, (15/12/24) acara berjalan dengan sukses.

Kemudian diisi dengan Pemateri, Dr. Anung al hamad Lc. M. Pd.i, Ustad Sofyan Tsauri, Ustad Roki Apris Dianto (atok). Lalu Moderator, Ustad Fuad Junaidi, dan sebagai Penanggung jawab, Hendro fernando, Marno suparjo, Ustad anas, M. Iqbal ramadhan

Lalu saat menyambangi salah satu pemateri usai di gelar acara tersebut, Ustad Roki Apris Dianto (atok), ia mengungkapkan, jadi buku ini buku berkaitan dengan Wahabi buku dakwah, Karya Hasan bin Ali al-katani itu ya berkaitan dengan fenomena Wahabi, yang dulu merupakan sumber inspirasi maupun sumber ideologi para teroris. Ucapnya, Minggu (15/12/24)

Karena memang tulisan-tulisan Muhammad bin Abdullah yang sangat keras ya kelihatannya tentang pembunuhan, terus mengkafirkan secara serampangan, tapi pada waktu itu kan kita belum tahu, kalau ternyata serampangan begitu, pada buku ini menerangkan kita semakin hati-hati, ucapnya

Lanjutnya, ternyata bener-bener ada keserampangan, salah satu contoh, mereka ulama dakwah di masjid, ini yang diawali dari Muhammad bin Abdul Wahab dan anak keturunannya, itu kan dia yang mengkafirkan, yang memberontak kepada Turki Utsmani, dia mengkafirkan Turki Utsmani yang mengasung masyarakat itu untuk membenci dan memberontak pada Turki Usmani, akhirnya kan runtuh bekerja sama antara Wahabi dengan Inggris.

Dan itu cerita yang tak terbantahkan dalam sejarah juga, kaum Wahabi ini, mereka selalu memvonis kepada kaum muslimin yang ziarah ziarah itu sebagai penyembah kubur atau istilahnya ibadul kubur atau kubur, selalu divonis akhirnya apa perang, maka perangnya Wahabi itu tidak pernah perang melawan kafir asli, belum pernah sepanjang sejarah, tidak pernah melawan kafir asli, yang artinya betul-betul layak diperangi, tapi perangnya melawan kaum muslimin itulah makanya perlu dibedah agar masyarakat itu paham.

Apalagi tadi kan pesertanya juga rata-rata dari jamaah islamiah (JI) Cianjur dari kelompok-kelompok yang masih Katakanlah dalam pengawasan pemerintah juga

Ya sebagaimana isi buku itu isiannya seputar kesehatan mereka, seputar dampak buruk mereka ya termasuk bukti-bukti ucapan-ucapan, mereka tadi kan disampaikan di bedah buku tadi, sampaikan ya Ini bukan salah tafsir, nggak tapi memang benar-benar mereka itu, apa dalam pemahaman Wahabi itu kan ada dua Syirik yang diajarkan dengan maksudnya yang jadi aqidah, mereka yang pertama itu Syirik kubur yang berkaitan dengan kubur

Jadi itu dibahas tuntas ya, tuntas menurut Versi mereka tapi terlalu ekstrem menurut saya, dan juga syirik ke pemerintahan, makanya banyak yang pada akhirnya melawan pemerintahan, ya dari itu dari pemahaman atau dari pendapat-pendapat mereka dari mereka yang mengatasnamakan sebagai ulama.

Tadi kan kita Mulainya juga agak siang, jadi kita dalam Keterbatasan waktu, kita kejar agak tergesa-gesa, jadi kita sulit memaknai apa namanya apresiasi mereka, tapi karena mengejar waktu. Apalagi sudah kelewat juhur. Tapi apresiasi mereka, antusiasme mereka itu juga sangat tinggi, itu kalau misalnya waktu kita tadi cukup, ya kita sesuai waktu pasti, mereka akan bertanya terus, Karena Mereka terlihat antusiasnya

Harapannya itu kan kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk memahami kita atau siapapun, untuk memahami kita, harapannya ini harus senantiasa belajar legowo ya terutama tentang pemahaman Wahabi.

Bahkan yang ulama Saudi ketika ditanya tentang pemahaman Wahabi, apa mereka, Apakah sedih atau gimana, ternyata jawabannya beliau itu malah gini Allah pun Syariful abimun ini tuh termasuk gelar yang mulia dan Agung, malah begitu. Jadi enggak tahu habis itu memang, Ya memang seperti itu, kita memang enggak habis pada waktu itu loh, pada saat ini kan saya juga sudah berubah aqidah saya.

Sekarang ya alhamdulillah Kalau saya aqidah ahlussunnati Wal jamati al-azhariyati Al maturidi jadi saya Al asy’ariah kembali kepada fitoh kita yang dulu, pada nantinya Nahdlatul Ulama dan kepada mayoritas ulama terdahulu dan kaum muslimin se-indonesia mayoritas di mana ini merupakan firqotun nasyiah atau gimana ini merupakan islam kita menjaga persatuan keutuhan bangsa ini.

Mempertahankan bangsa dan tadi di closing statement saja, saya juga menuliskan ucapan dari Imam Ahmad bin hambal, jadi kata beliau lauk anali takwatan mustajabatan sekiranya Aku memiliki doa yang Mustajab, akan aku berikan doa kebaikan itu kepada penguasa, kebaikan kepada penguasa karena banyak penguasa akan menjadi baik, kita semua jadi mendoakan kepada penguasa itu sunnah bukan menjilat.

Dari sunnah disunahkan bagi kaum muslimin untuk mendoakan penguasa ini salah satu contoh mukmin yang baik, begitu untuk kembali kepada Nahdatul ulama ( NU) gitu dari saya, ya kita belajar mendengar mau mendengarkan, ya kalau cara-cara setiap orang beda-beda sih, bagaimana kita itu mau mendengar dan tidak sombong.

Dulu tidak membuat kesimpulan, dulu kalau semuanya sudah membuat kesimpulan Aku paling benar, gue salah, kamu begini, kamu begitu ya akhirnya kita enggak dapat apa-apa.

Intinya jangan sombong, kalau kita enggak sombong akan menjadi kebaikan buat kita dan akan mendapatkan hidayah, itu memasuki nkrinya, belum benar-benar dari hati, NKRI harga mati, Pancasila, dan undang-undang 45 milik kita.(Fjr)

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *