Dengan Iman yang Kuat, Manusia dapat Terjaga, Terpelihara dan Terpimpin
|
A. Hadinugroho, M.Pd
TEROBOSHUKUM.CO.ID – Sesungguhnya setiap insan merugi. Tambah hari tambah rugi, tambah tua tambah rugi, tambah umur tambah rugi. Kecuali orang yang tiap hari berjuang sekuat tenaga agar makin kokoh imannya, makin mantap keyakinanya, karena jika hidup tanpa diiringi kekokohan iman, amal apapun tidak akan betul niatnya.
Dia punya harta, kalau tidak punya iman, maka harta itulah yang akan memperbudak dirinya. Jika dia punya kedudukan, kalau tidak punya iman, maka kedudukannya yang akan menjatuhkan dirinya.
JIka dia memiliki penampilan kalau dia tidak punya iman, maka penampilannya yang akan menjerumuskan dirinya.
Orang yang beruntung lainnya adalah orang yang setiap hari, setiap waktu sekuat tenaga bertambah amal kebaikannya.
Ciri amal shaleh itu ada dua, yaitu; Pertama, dilandasi niat yang benar dan lurus. Kedua, amalnya sendiri harus benar. Andaikan bangsa kita ini menggunakan konsep ini, maka Insya Allah akan selamat.
Penyebab bangsa ini mendapat ujian seperti ini di antaranya ada tiga penyebab, yang pertama adalah karena bangsa kita masih lemah iman.
Lalu apa ciri-ciri orang yang kurang iman? Sederhana saja yaitu jika orang-orang tersebut selalu mengagung-agungkan materi dan mengagung-agungkan dunia.
Terjadinya kita mendapatkan gelar, ranking yang top dalam korupsi, itu gara-gara para pelaku korupsi itu tidak mengerti bahwa korupsi itu hanya menambah kehinaan.
Bagi orang yang mengenal Allah SWT, buat apa kita menggadaikan diri kita hanya menjadi pencuri.
Penyebab bangsa ini mendapat ujian seperti ini, yang kedua adalah karena bangsa kita masih kurang amal dan yang ketiga adalah tidak saling nasehat dan menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
Kalau ada pertanyaan, kenapa seorang suami gagal dalam menasehati istrinya?, Kenapa seorang ibu susah menasehati anaknya?, Kenapa seorang guru susah menasehati muridnya ?, Kenapa seorang pimpinan sulit menasehati bawahannya?
Jawabannya sederhana, orang hanya bisa memberikan nasehat dengan mantap, kalau dia termasuk orang yang cinta dinasehati oleh orang lain.
Repotnya, kita ketika memberikan nasehat semangat, ketika memberikan saran semangat, ketika memberikan koreksi semangat, tetapi ketika giliran kita dikoreksi justru kita tidak sanggup menerimanya.
Oleh karena itu, kepada siapapun yang akan memberikan nasehat, syarat utamanya adalah kita harus menjadi orang yang terlatih untuk menerima nasehat, terlatih untuk menerima kritik dan terlatih untuk menerima koreksi.
Sebelum kita sanggup untuk melatih diri kita, sulit sekali kita akan memiliki nasehat yang memiliki kekuatan yang menggugah dan merubah. Harusnya kita melihat saran, kritik dan nasehat dan koreksi itu menjadi sebuah kebutuhan.